Makalah Alat-alat Ukur Listrik

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Multimeter, Galvanometer Dan Osiloskopyang diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum alat-alat ukur.
Makalah ini berisi tentang alat-alat ukur listrik yang sering kali kita gunakan dalam praktikum fisika.  Makalah ini membahas mengenai sejarah ,fungsi ,bagian-bagian ,aplikasi serta komponen komponen yang terdapat pada Multimeter, Galvanometer Dan Osiloskop serta cara penggunaan dengan benar sesuai dengan buku panduan. Makalah ini dapat memberi pemahaman terhadap pembaca bagaimana menggunakan alat-alat ukur listrik.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Asisten Dosen praktikum alat-alat ukur selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan sehingga mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis  berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


Jambi,   April 2016



Penulis

 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2    Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
1.3    Tujuan........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Multimeter
2.1.1. Pengertian multimeter......................................................................................... 3
2.1.2. Jenis AVO meter / multimeter............................................................................ 3
2.1.3. Bagian Bagian Multimeter.................................................................................. 4
2.1.4. Mengoperasikan AVO meter/Multimeter........................................................... 6
2.2  Galvanometer
2.2.1   Sejarah galvanometer......................................................................................... 10
2.2.2 Pengertian Galvanometer .................................................................................. 10
2.2.3 Prinsip Dan Cara Kerja Galvanometer............................................................... 12
2.2.4 Jenis-Jenis Galvanometer................................................................................... 13
2.2.5 Sensitivitas Galvanometer.................................................................................. 17
2.3 Osiloskop
2.3.1 Pengertian Osiloskop......................................................................................... 19
2.3.2 Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya.................................................... 20
2.3.3 Fungsi Osiloskop  Secara Umum....................................................................... 23
2.3.4 Prinsip Kerja Osiloskop...................................................................................... 24
2.3.5 Cara  Penggunaan Osiloskop............................................................................. 26
2.3.6 Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop.................................................. 27

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan................................................................................................................. 29
3.2  Saran............................................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 31BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan Indonesia memiliki berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang kualitas pembelajaran siswa contohnya laboratorium fisika. Pada laboratorium fisika terdapat seperangkat alat praktikum yang dapat digunakan sebagai media belajar fisika. Beberapa alat yang berada di laboratorium fisika, yaitu multimeter, galvanometer dan osiloskop.
Alat-alat  praktikum seperti multimeter, galvanometer dan osiloskop tersebut merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran yang berhubungan dengan materi listrik. Umumnya, alat-alat tersebut kerap digunakan di tingkat perguruan tinggi, walaupun di tingkat SMP dan SMA juga digunakan pada percobaan tertentu.
Pengukuran menggunakaan multimeter, galvanometer dan osiloskop memerlukan tingkat ketelitian yang lebih tinggi dan penuh kehati-hatian agar hasil pengukuran yang diperoleh tepat. Saat melakukan pengukuran menggunakan multimeter, galvanometer dan osiloskop hendaknya praktikan memperhatikan prosedur-prosedur tertentu agar alat yang digunakan tetap terjaga kualitasnya.
Umumnya, praktikan tidak memperhatikan prosedur-prosedur tertentu dalam menggunakan alat-alat praktikum sehingga terjadi kerusakan pada alat yang menyebabkan alat tidak tahan lama. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca agar dapat menggunakan peralatan laboratorium dengan baik.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud multimeter, galvanometer dan osiloskop?
2.      Bagaimana sejarah multimeter, galvanometer dan osiloskop?
3.      Apa saja fungsi multimeter, galvanometer dan osiloskop?
4.      Apa saja bagian-bagian dan jenis-jenis multimeter, galvanometer dan osiloskop?
5.      Bagaimana cara penggunaan multimeter, galvanometer dan osiloskop?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian multimeter, galvanometer dan osiloskop.
2.      Mengetahui sejarah multimeter, galvanometer dan osiloskop.
3.      Mengetahui fungsi multimeter, galvanometer dan osiloskop.
4.      Mengetahui bagian-bagian dan jenis-jenis multimeter, galvanometer dan osiloskop.
5.      Mengetahui cara penggunaan multimeter, galvanometer dan osiloskop.






















BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Multimeter
2.1.1.      Pengertian multimeter
            Multimeter atau sering juga disebut dengan Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. Dimana ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran.
            AVO Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
            AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
            Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.

2.1.2        Jenis AVO meter / multimeter
Multimeter dibagi menjadi dua yaitu : 
1. Multimeter Analog             
            Multimeter Analog atau yang biasa disebut multimeter jarum adalah alat pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe. Multimeter ini tersedia dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) dan arus (mA). Analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk baik atau jeleknya komponen pada waktu pengukuran atau juga digunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada.
2. Multimeter Digital             
           
Multimeter digital hampir sama fungsinya dengan multimeter analog tetapi multimeter digital menggunakan tampilan angka digital. Multimeter digital pembacaan pengukuran besaran listrik yang lebih tepat jika dibanding dengan multimeter analog, sehingga multimeter digital dikhususkan untuk mengukur suatu besaran nilai tertentu dari sebuah komponen secara mendetail sesuai dengan besaran yang diinginkan.

2.1.3. Bagian Bagian Multimeter
·       Papan Skala : digunakan untuk membaca hasil pengukuran. Pada papan skala terdapat skala-skala; tahanan/resistan (resistance) dalam satuan Ohm (Ω), tegangan (ACV dan DCV), kuat arus (DCmA), dan skala-skala lainnya.
·       Saklar Jangkauan Ukur : digunakan untuk menentukan posisi kerja multimeter , dan batas ukur (range). Jika digunakan untuk mengukur nilai satuan tahanan (dalam W), saklar ditempatkan pada posisi W, demikian juga jika digunakan untuk mengukur tegangan (ACV-DCV), dan kuat arus (mA-mA). Satu hal yang perlu diingat, dalam mengukur tegangan listrik, posisi saklar harus berada pada batas ukur yang lebih tinggi dari tegangan yang akan diukur. Misal, tegangan yang akan diukur 220 ACV, saklar harus berada pada posisi batas ukur 250 ACV. Demikian juga jika hendak mengukur DCV.
·       Sekrup Pengatur Posisi Jarum (preset) : digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka nol (sebelah kiri papan skala).
·       Tombol Pengatur Jarum Pada Posisi Nol (Zero Adjustment) : digunakan untuk menera jarum penunjuk pada angka nol sebelum  multimeter  digunakan untuk mengukur nilai tahanan/resistan. Dalam praktek, kedua ujung kabel penyidik (probes) dipertemukan, tombol diputar untuk memosisikan jarum pada angka nol.
·       Lubang Kabel Penyidik : tempat untuk menghubungkan kabel penyidik dengan Multimeter. Ditandai dengan tanda (+) atau out dan (-) atau common. Pada  multimeter  yang lebih lengkap terdapat juga lubang untuk mengukur hfe transistor (penguatan arus searah/DCmA oleh transistor berdasarkan fungsi dan jenisnya), dan lubang untuk mengukur kapasitas kapasitor
2.1.3        Cara menggunakan AVO meter / Multimeter Analog
a. Menentukan Posisi Alat Ukur
·         Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
                 Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) ) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
Memasang Multimeter Paralel

·         Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)
            Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar:
Memasang Multimeter SERI

·         Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
            Yang mesti di ketahui saat pengukuran tahanan ialah jangan pernah mengukur nilai tahanan suatu komponen saat terhubung dengan sumber’. Ini akan merusak  alat  ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.
Memasang multimeter untuk mengukur tahanan

2.1.4        Cara Mengoperasikan AVO meter/Multimeter
a.)  Mengukur Tegangan Listrik (Volt / Voltage) Dc
1.      Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  1. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  2. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  3. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
  4. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
  5. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  6. Baca Alat ukur.






Jadi
misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:
Tegangan Terukur                 = (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur        = 15

A.  Mengukur Tegangan Listrik (Volt / Voltage) Ac
1.    Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2.    Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.
Yang perlu disiapkan dan diperhatikan:
·         Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak pecah).
  • Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
  • Lakukan Kalibrasi alat ukur
  • Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
  • Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.
  • Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  • Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan  Tegangan DC diatas)
B.  Mengukur Nilai Tahanan / Resistansi Resistor (Ohm)
Yang perlu disiapkan dan diperhatikan:
·         Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak pecah).
  • Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  • Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  • Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nantinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.
  • Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
  • Baca Alat ukur.
C.  Cara Membaca Ohm Meter
·         Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
  • Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
  • Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:

Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum   = 26
Skala pengali                           = 10 k
Maka nilai resitansinya       = 26 x 10 k= 260 k = 260.000 Ohm




2.2    GALVANOMETER
2.2.1. Sejarah  galvanometer
            Istilah galvanometer diambil dari seorang yang bernama Luivi Galvani. Penggunaan galvanometer yang pertama kali dilaporkan oleh Johann Schweigger dari Universitas Halle di Nurremberg pada 18 september 1820. Andre-Marie Ampere adalah seorang yang memberi kontribusi dalam mengembangkan galvanometer. Galvanometer pada umumnya dipakai untuk penunjuk analog arus searah, dimana arus yang diukur merupakan arus-arus kecil misalnya yang diperoleh pada pengukuran fluks magnet.
2.2.2 Pengertian Galvanometer
          Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur kuat arus dan beda potensial listrik yang relatif kecil. Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya yang tidak mendukung . Gambar dibawah ini memperlihatkan bahwa galvanometer hanya dapat mengukur arus maupun tegangan yang relative rendah.
Tegangan yang diukur sekitar 1 volt
Galvanometer bisa digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang besar, jika pada galvanometer tersebut dipasang hambatan eksternal (pada voltmeter disebut hambatan depan, sedangkan pada ampermeter disebut hambatan shunt).
a.)    Galvanometer dengan Hambatan Shunt
Galvanometer dengan hambatan shunt adalah ampermeter. Dalam pemasangannya, ampermeter ini harus dihubungkan paralel dengan sebuah hambatan shunt Rsh. Pemasangan hambatan shunt ini tidak lain bertujuan untuk meningkatkan batas ukur galvanometer agar dapat mengukur kuat arus listrik yang lebih besar dari nilai standarnya.
Pemasangan Galvanometer dengan hambatan shunt

Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet akan timbul gaya lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk hingga menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan agak besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh sebuah pegas.

b.)    Galvanometer Dengan Hambatan Depan (Multiplier)
Galvanometer dengan hambatan depan adalah voltmeter. Sebuah galvanometer dan
sebuah hambatan eksternal Rx yang dipasang seri. Adapun tujuan pemasangan hambatan Rx ini tidak lain adalah untuk meningkatkan batas ukur galvanometer, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tegangan yang lebih besar dari nilai standarnya.
Pemasangan Galvanometer dengan hambatan depan (multiplier)

Fungsi multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang terjadi pada galvanometer
tidak melebihi kapasitas maksimum, sehingga sebagian tegangan akan berkumpul pada multiplier. Dengan demikian kemampuan mengukurnya menjadi lebih besar.

2.2.3             Prinsip Dan Cara Kerja Galvanometer
Prinsip Kerja Galvanometer, Galvanometer pada umumnya dipakai untuk arus tetapi dalam mengukur kuat arus listrik galvanometer bekerja berdasarkan prinsip bahwa sebuah kumparan yang dialiri arus listrik dapat berputar ketika diletakkan dalam satu daerah medan magnetic. Pada dasarnya kumparan terdiri dari banyak lilitan kawat. Sebuah galvanometer yang digantungkan pada kumparan, kopel magnetic akan memutar kumparan seperti yang telah kita ketahui kumparan hanya dapat berputar maksimal seperempat putaran kedudukan kumparan tegak lurus terhadap medan magnet.
Galvanometer bekerja berdasarkan gaya Lorentz. Gaya dimana gerak partikel akan menyimpang searah dengan gaya lorentz yang mempengaruhi. Arah gaya Lorentz pada muatan yang bergerak dapat juga ditentukan dengan kaidah tangan kanan dari gaya Lorentz (F) akibat dari arus listrik, I dalam suatu medan magnet B. Ibu jari, menunjukan arah gaya Lorentz . Jari telunjuk, menunjukkan arah medan magnet (B). Jari tengah, menunjukkan arah arus listrik (I). Untuk muatan positif arah gerak searah dengan arah arus, sedang untuk muatan negatif arah gerak berlawanan dengan arah arus.



Cara kerjanya galvanometer sama dengan motor listrik, tapi karena dilengkapi pegas, maka kumparannya tidak berputar. Karena muatan dalam magnet dapat berubaha karena arus listrik yang mengalir ke dalamnya. Galvanometer pada umumnya dipakai untuk arus searah, tetapi prinsipnya menggunakan konstruksi kumparan putar. 

Cara kerja galvanometer, yaitu berputarnya kumparan karena munculnya dua gaya Lorents sama besar tetapi berlawanan arah, yang bekerja pada dua sisi kumparan yang saling berhadapan. Kawat tembaga dililitkan pada inti besi lunak berbentuk silinder membentuk statu kumparan, dan diletakkan diantara diantara kutub-kutub sebuah magnet hermanen. Arus listrik memasuki dan meninggalkan kumparan melalui pegas spiral yang terpasang di atas dan di bawah kumparan. Maka sisi kumparan yang dekat dengan kutub utara dan kutub selatan mengalami gaya Lorente yang sama tetapi berlawanan arah, yang akan menyebebkan kumparan berputar. Putaran kumparan ditahan oleh kedua pegas spiral, sehingga kumparan hanya akan berputar dengan sudut tertentu. Putaran dari kumparan diteruskan oleh sebuah jarum untuk menunjuk pada skala tertentu. Angka yang ditunjukkan oleh skala menyatakan besar arus listrik yang diukur.

2.2.4        Jenis-Jenis Galvanometer
a.)    Galvanometer Balistik
Untuk mengukur fluksi maknit digunakan galvanometer balistik, dimana galvanometer ini bekerja menggunakan prinsip d’ Arsonval dan dirancang khusus untuk pemakaian selama 20 – 30 sekon dengan kepekaan tinggi.Pada pengukuran balistik ini, kumparan menerima suatu impuls arus sesaat, mengakibatkan kumparan berayun ke satu sisi dan kemudian kembali berhenti dalam gerakan berosilasi.
Jika impuls arus berlangsung singkat, maka defleksi mula-mula dari posisi berhenti berbanding lurus dengan kuantitas pengosongan muatan listrik melalui kumparan. Nilai relatif impuls arus yang diukur dalam defleksi sudut mula-mula dari kumparan adalah :
Q = K θ
Dimana:
Q = muatan listrik ( coulomb )
K = kepekaan galvanometer ( coulomb / radian defleksi )
θ = defleksi sudut kumparan ( radian )
Harga kepekaan galvanometer ( K ), dipengaruhi oleh redaman dan besarnya diperoleh secara eksperimental, melalui pemeriksaan kalibrasi pada kondisi pemakaian yang nyata.
Untuk mengkalibrasi galvanometer, digunakan beberapa metoda, yaitu :
1. metoda kapasitor.
2. metoda solenoida.
3. metoda induktansi bersama.
Pada Metoda induktansi bersama, sumber arus di rangkaian primer dikopel melalui ke galvanometer, melalui pengujian induktansi bersama ( M ).
b.)    Galvanometer Supensi (Suspension Galvanometer)
            Pengukuran-pengukuran arus searah sebelumnya menggunakan galvanometer sistem gantungan, yang merupakan pelopor instrumen kumparan putar, sebagai dasar pada umumnya instrumen penunjuk arus searah yang dipakai secara luas saat ini.  Dengan beberapa penyempurnaan, Galvanometer suspensi masih digunakan untuk pengukuran-pengukuran laboratorium sensitivitas tinggi tertentu, jika keinda-han instrumen bukan merupakan masalah dan portabilitas bukan menjadi prioritas.
Galvanometer suspensi adalah jenis alat ukur yang merupakan cikal bakal atau dasar dari alat-alat ukur arus searah yang menggunakan kumparan gerak (moving coil) bagi sebagian besar alat-alat ukur arus searah yang digunakan hingga saat ini. Konstruksi dan prinsip kerjanya adalah sebagai berikut sebuah kumparan dari kawat halus digantungkan di dalam sebuah medan magnet permanen. Bila kumparan dialiri arus listrik maka kumparan putar akan berputar di dalam medan magnet.


Konstruksi sebuah galvanometer suspensi, ditunjukkan pada gambar
Gambar Suspesi Galvanometer
1.      Sebuah kumparan kawat halus digantung di dalam medan maknet yang dihasilkan oleh sebuah maknet permanen, berdasarkan hukum gaya elektromagnet, jika dialiri arus listrik maka kumparan tersebut akan berputar ( arus listrik mengalir dari dan ke kumparan melalui sebuah gantungan yang terbuat dari serabut halus dan keelastisan serabut tersebut menghasilkan suatu torsi yang akan melawan perputaran kumparan ).
2.      Kumparanakan terus berdefleksi sampai gaya elektromaknetnya mengim-bangi torsi mekanis lawan dari gantungan. Dengan demikian defleksi kumparan merupakan ukuran untuk arus yang dibawa kumparan tersebut.
3.      Sebuah cermin  dipasang pada kumparan yang berfungsi  untuk mende-fleksikan seberkas cahaya, sehingga sebuah bintik cahaya yang sudah diperkuat bergerak diatas skala pada suatu jarak dari instrumen dan efek optiknya adalah sebuah jarum penunjuk yang panjang dengan massa nol.

2.3    Defleksi Dalam Keadaan Mantap (Steady State Deflection)
           
Prinsip kerja galvanometer suspensi diterapkan sama terhadap jenis instrumen yang lebih baru, yaitu mekanisme kumparan putar maknet permanen ( PMMC : permanent magnet moving coil ), dan konstruksi PMMC dan bagian-bagiannya ditunjukkan pada gambar dibawah ini .

 





Prinsip kerja :           
   Jika arus mengalir di dalam kumparan, akan timbul torsi elektromaknetik yang menyebabkan berputarnya kumparan, dan torsi ini akan diimbangi torsi mekanis dari pegas-pegas pengatur yang diikat pada kumparan.
Kesetimbangan torsi-torsi dan posisi sudut kumparan putar, dinyatakan oleh jarum penunjuk terhadap referensi tertentu, yang disebut skala.
               Menurut hukum dasar eletromaknetik , persamaan untuk torsi adalah :
T   =  B  x  A  x  I  x  N
               dimana   :     T    =    torsi dalam Newton-meter ( N-m )
                                    B   =    kerapatan fluksi didalam celah udara  (  Wb / m2 )
                                    A   =    luas efektif kumparan ( m2 )
                                    I     =    arus dalam kumparan putar  ( Amper, A )
                                    N   =    jumlah lilitan kumparan
            Karena kerapatan fluksi dan luas kumparan merupakan parameter-parameter konstan untuk sebuah instrumen, maka persamaan ( 3 - 1 ) torsi berbanding lurus dengan arus I(  T ~ I ) .Torsi menyebabkan defleksi jarum ke keadaan mantap, dimana torsi diimbangi oleh torsi pegas pengontrol.Perencana hanya dapat mengubah nilai torsi pengatur dan jumlah lilitan kumparan untuk mengukur arus skala penuh.                                                    
Umumnya luas kumparan praktis 0,5 – 2,5  cm2, kerapatan fluksi untuk instrumen modern  1500 – 5000 gauss ( 0,15 – 0,5  Wb / m2 ).

Sebagai contoh : sebuah instrumen PMMC dengan tromol 3,5 inci, rangkuman  1 mA dan defleksi penuh 100 derejat busur, memiliki karakteristik berikut :
A =  1,75  cm2    
B  =  2000 gauss ( 0,2  Wb / m2 )            
N  =  84
T  =   2,92  x  10 – 6   N-m
Tahanan kumparan  =  88  Ω
Disipasi daya   =  88  Μw

2.4      SENSITIVITAS GALVANOMETER
Ada empat konsep yang dapat digunakan untuk menyatakan sensitivitas galvanometer (Galvanometer Sensitivity), yaitu :
1.    Sensitivitas Arus
Sensitivitas arus (Current Sensitivity) ialah perbandingan diantara simpangan jarum penunjuk galvanometer terhadap arus listrik yang menghasilkan simpangan tersebut. Besarnya arus listrik biasanya dalam orde mikroampere (µA). Sedangkan besarnya simpangan dalam orde milimeter (mm). Jadi untuk galvanometer yang tidak memiliki skala yang dikalibrasi dalam orde milimeter, harus dikonfersi dulu ke dalam skala mili meter. Secara matematis, sensitivitas arus dinyatakan dengan :
S1 =                     S1 = Sensitivitas arus dalam mm/µA
d = Simpangan Galvanometer dalam mm
I = Arus pada Galvanometer dalam µA
2.    Sensitivitas Tegangan
Sensitivitas tegangan (Voltage Sensitivity), ialah perbandingan antara simpangan jarum penunjuk galvanometer terhadap tegangan yang menghasilkan simpangan tersebut. Sensitivitas tegangan dinyatakan dengan notasi matematis sebagai berikut :

Sv =                    SV = Sensitivitas tegangan dalam mm/ mV
                                  d = Simpangan Galvanometer dalam mm
                                  V = Arus pada Galvanometer dalam mV
3.    Sensitivitas Mega ohm
Sensitivitas mega ohm (Megaohm Sensitivity), ialah besarnya resistansi mega ohm yang terhubung seri dengan galvanometer (termasuk CDRX – Shunt-nya) untuk menghasilkan simpangan jarum menunjuk galvanometer sebesar 1 bagian skala jika tegangannya yang disatukan sebesar 1 Volt. Karena besarnya hambatan ekivalen dari galvanome ter yang terhubung paralel dapat diabaikan bila dibandingkan dengan besarnya tahanan mega ohm yang terhubung seri dengannya, maka arus yang masuk praktis sama dengan 1/R µA dan menghasilkan simpangan satu bagian skala. Secara numeric sensitivitas mega ohm sama dengan sensitivitas arus dan
dinyatakan sebagai berikut :
SR = S1                    SR = Sensitivitas mega ohm dalam mm/ µA
                                  D = Simpangan Galvanometer dalam mm
                                  I = Arus pada Galvanometer dalam µA

4.             Sensitivitas Balistik
Konsep lain sebagai tambahan adalah konsep Sensitivitas Balistik (Ballistic Sensitivity) yang biasa digunakan pada Galvanometer Balistirk. Sensitivitas Balistik adalah perbandingan antara simpangan maksimum dari jarum penunjuk Galvanometer terhadap jumlah muatan listrik Q dari sebuah pulsa tunggal yang menghasilkan simpangan tersebut. Sensitivitas Balistik dinyatakan dengan formula berikut :
SQ =                  SQ = Sensitivitas Balistik dalam mm/µC
                               d = Simpangan Galvanometer dalam mm
                               Q = Besarnya muatan Listrik dalam µC
















2.3 OSILOSKOP
2.3.1 Pengertian Osiloskop
            Osiloskop adalah alat ukur yang mana dapat menunjukan kepada kita “bentuk” dari sinyal listrik dengan menunjukan grafik dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Itu seperti layaknya voltmeter dengan fungsi kemampuan lebih, penampilan tegangan berubah terhadap waktu, sebuah graticule setiap 1 cm grid membuat kita dapat melakukan pengukuran dari tegangan dan waktu pada layar (screen).
            Osiloskop terdiri dari dua bagian yaitu 
Display dan Panel Control :
·         Display  menyerupai tampilan layar pada televisi. Display pada Oscilloscope berfungsi sebagai tempat tampilan sinyal uji. Pada Display Oscilloscope terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak yang disebut dengan div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan.
·         Panel Control berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Tombol-tombol pada panel osiloskop antara lain :
1.      Focus : Digunakan untuk mengatur fokus 
2.      Intensity : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar
3.      Trace rotation : Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
4.      Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
5.      Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
6.      Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.


Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar
2.3.2  Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya
 Fungsi masing-masing bagian yaitu;
No
Bagian-Bagian Osiloskop
Fungsi
1
Volt atau div
  Untuk mengeluarkan tegangan AC, mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
2
CH1 (Input X)
  Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan posisi horizontal,
  Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga digunakan untuk kalibrasi.
  Jika signal yang diukur menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu.
3
AC-DC
  Untuk memilih besaran yang diukur,
  Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.
  Posisi AC = Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa diukur melalui posisi ini, karena signal DC akan terblokir oleh kapasitor.
  Posisi DC = Untuk mengukur tegangan DC dan masukan-masukan yang lain.
4
Ground
  Untuk memilih besaran yang diukur.
  Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
5
Posisi Y
  Untuk mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.
  Untuk menyeimbangkan DC vertical guna pemakaian channel 1 atau (Y).
  Penyetelan dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat variabel diputar.
6
Variabel
  Untuk kalibrasi osiloskop.
7
Selektor pilih
  Untuk memilih Chanel yang diperlukan untuk pengukuran.
8
Layar
  Menampilkan bentuk gelombang
9
Inten
  Mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop. Diputar ke kiri untuk memperlemah sinar dan diputar ke kanan untuk memperterang.
10
Rotatin
  Mengatur posisi garis pada layar,
  Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
11
Fokus
  Menajamkan garis pada layer untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas, digunakan untuk mengatur fokus
12
Position X
  Mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan. untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
  Untuk menyetel kekiri dan kekanan berkas gambar (posisi arah horizontal) Switch pelipat sweep dengan menarik knop, bentuk gelombang dilipatkan 5 kali lipat kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya seruncing mungkin.
13
Sweep time/div
  Digunakan untuk mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi (f), mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
  Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar CRT, ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d 20V/div
  Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square trap Cm (div) sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari 0,5 s/d 0,5 second.pengoperasian X-Y didapatkan dengan memutar penuh kearah jarum jam. Perpindahan Chop-ALT-TVV-TVH. secara otomatis dari sini. Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini dengan cara variabel diputar penuh se arah jarum jam.
14
Mode
  Untuk memilih mode yang ada
15
Variabel
  Untuk kalibrasi waktu periode dan frekwensi.
  Untuk mengontrol sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y) pada putaran maksimal ke arah jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi mengecek apakah Tegangan 1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT.
  Digunakan untuk menyetel sweeptime pada posisi putaran maksimum arah jarum jam. (CAL) tiap tingkat dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi .  
16
Level
  Menghentikan gerak tampilan layar.
17
Exi Trigger
  Untuk trigger dari luar.
18
Power
  Untuk menghidupkan Osiloskop.
19
Cal 0,5 Vp-p
  Kalibrasi awal sebelum Osiloskop digunakan.
20
Ground
  Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layer, ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.
21
CH2 ( input Y )
  Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan Vertikal.
  Jika signal yang diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar hanya satu.


2.3.3 Fungsi Osiloskop  Secara Umum
            Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu:
1.      Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
2.      Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3.      Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
4.      Membedakan arus AC dengan arus DC.
5.      Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
            Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
            Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor osiloskop, yaitu:
1.      Gelombang sinusoida
2.      Gelombang blok
3.      Gelombang gigi gergaji
4.      Gelombang segitiga.
            Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami tombol-tombol yang ada pada pesawat perangkat ini, seperti telah diutarakan diatas.
            Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya.
2.3.4 Prinsip Kerja Osiloskop
Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.
1.      Osiloskop Analog
            Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut.
            Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
            Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osiloskop analog.

2. Osiloskop Digital
            Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital.
            Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
            Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur. 
2.3.5 Cara  Penggunaan Osiloskop
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuanyaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
2.      Memastikan probe dalam keadaan baik.
3.      Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4.      Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
5.      Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6.      Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
7.      Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8.      Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

2.3.6. Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.

Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.

Wujud/bangun dari osiloskop mirip-mirip sebuah pesawat televisi dengan beberapa tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis(grid) pada layarnya.





BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Multitester adalah alat pengukur listrik yang juga sering disebut sebagai VOM (Volt-Ohm Meter).Pada kehidupan sehari-hari multitester dapat digunakan untuk mengukur tegangan (Volt meter), hambatan (Ohm meter) maupun arus (Ampere meter). Multitester meiliki 2 jenis yaitu multitester analog dan digital. multitester digital dalam hasil pengukuranya lebih baik dari multitester analog, karena hasil pengukuran dari multitester digital lebih akurat dari pada multitester analog.
Galvanometer suspensi masih digunakan untuk pengukuran-pengukuran laboratorium sensitivitas tinggi tertentu, jika keinda-han instrumen bukan merupakan masalah dan portabilitas bukan menjadi prioritas.
Prinsip kerja galvanometer suspensi diterapkan sama terhadap jenis instrumen yang lebih baru, yaitu mekanisme kumparan putar maknet permanen ( PMMC : permanent magnet moving coil ), Prinsip kerjanya yakni Jika arus mengalir di dalam kumparan, akan timbul torsi elektromaknetik yang menyebabkan berputarnya kumparan, dan torsi ini akan diimbangi torsi mekanis dari pegas-pegas pengatur yang diikat pada kumparan.
Untuk menyatakan sensitivitas sebuah galvanometer, umumnya digunakan tiga buah defenisi, yaitu :
1. Sensitivitas arus ( current sensitivity )
2. Sensitivitas tegangan ( voltage sensitivity )
3. Sensitivitas mega-ohm ( megohm sensitivity )
4. Sensitivitas balistik
Secara umum fungsi dari osiloskop adalah untuk menganalisa tingkaah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yag ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal listrik yang sedang kita amati. Terdapat beberapa jenis tegangan gelombang yang terdapat padaa osiloskop yaitu gelombang sinusoida, gelombang blok, gelombang gigi gergaji dan gelombang segitiga.
Cara penggunaan osiloskop adalah pertama pengkalibrasian kemudian menyetel fokus, intensitas, kemiringan, x position dan y position, setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe ke terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Layar osiloskop terbagi atas 8 skala besar arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal.
3.2    Saran
Dalam sebuah penulisan, tentu diperlukan dilakukannya penulisan lanjutan guna meningkatkan ilmu pengetahuan. Dalam membuat makalah, disarankan mencari referensi yang lebih luas lagi, sehingga pembahasan akan semakin mendalam dan lebih efektif. Sehingga akan benar-benar memberikan manfaat dimana akan didapat sebuah pengetahuan yang dapat diterapkan di dalam masyarakat hendaknya.

 DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010, November 27). Alat-alat ukur. http://www.mitaindahrizki.blogspot.com

Hendro. (2012). Alat-alat ukur listrik. Retrieved from http://analisbantul.blogspot.co.id/2012/09/alat-alat-ukur-listrik-lengkap m.html

Mustafa. (2011, Juni 12). Pengertian ,fungsi dan kegunaan dari alat-alat ukur.
http://wanmustafa.wordpress.com/2016.06.12/ Pengertian –fungsi-dan-kegunaan-dari-alat-alat ukur.

Priyandi,rian. (2013, Desember 07) . Galvanometer. file:///G:/laporan aau/Galvanometer_RIAN_PRIYADI.html
Rahmadi. (2012). Pengertian ,prinsip kerja, bagian serta jenis-jenis AVOmeter. File:///G:/Laporan-20aau/Pengertian,Prinsip,Kerja,Dan-Bagian-Bagian-MULTIMETER_AVO_METER_Nandarious.Html
Satriansyah. (2011, April 12). Makalah osiloskop. file:///G:/laporan-aau/MAKALAH-OSILOSKOP.html


Komentar

Postingan Populer